Senin, 10 Januari 2011

BERKATA SECARA JUJUR VS BERKATA BOHONG

Jujur Vs. Tidak Jujur Sabtu,  "...katakanlah dengan jujur, meskipun pahit terasa..." Jujur, dalam artian sederhana, berarti berkata, bertindak, dan berbuat apa adanya, tentu saja sesuai dengan isi hati nurani dan fakta yang ada. Ketika perkataan, tindakan, atau perbuatan cenderung mengarah kepada ketidakjujuran, maka ada perasaan "guilty". Saya yakin setiap orang memiliki perasaan itu. Perkara apakah benar-benar terasa atau tidak, tentu kembali kepada kepekaan hati masing-masing.   Perkara jujur atau tidak jujur tentu saja tidak hanya sebatas soal menyontek atau tidak, korupsi atau tidak, dan sebagainya, yang acapkali dipandang sebagai masalah besar dan krusial, namun juga dapat terselip dalam hal-hal ringan dan (kelihatan) sepele. Ketika ditanya, apakah sudah memiliki pasangan (istri, suami, pacar) atau belum, apa jawaban Anda? Ada orang yang cenderung berkata belum (punya), entah karena malu atau sekedar iseng saja. Namun, tak sedikit pula yang dengan jujur mengaku apa adanya. Jujur memang (acapkali) terasa pahit, namun, hemat saya, itulah pilihan yang terbaik.  Saya sungguh salut dengan kisah seorang kawan, sebut saja si Fulan. Ia, sejatinya, sudah berkeluarga. Saya tahu, si Fulan bukanlah tipe pria yang gemar menebar rayuan gombal alias si pria hidung belang. Sebab Fulan adalah kawan sepermainan saya sedari kecil sehingga saya kenal betul sifat dan tingkah lakunya. Namun, entah kenapa suatu ketika, ia merasa (menurut pengakuannya) jatuh hati pada seorang wanita, sebut saja Wulan (bukan nama sebenarnya).   Singkat kata, suatu ketika, si Fulan berkesempatan berbincang dengan Wulan, wanita idaman barunya itu, melalui fasilitas chatting YM. Fulan nampaknya senang betul dengan kenalan barunya itu. Ia, tiba-tiba saja, menjadi pandai bicara dan banyak melontarkan kata demi kata yang--entah kata ini tepat atau tidak--bernada menyelidik, layaknya orang yang sedang jatuh hati. Namun seketika, keadaan menjadi terbalik. Sontak Fulan mati kutu dan tak mampu bicara ketika Wulan bertanya, "Ma'af sebelumnya, Bapak sendiri apa sudah mempunyai istri ataupun pasangan?".   Inilah yang saya maksud tadi, bahwa sejatinya--sejauh yang saya tahu--Fulan bukanlah tipe lelaki hidung belang. Hanya saja, kali ini, entah ditempeli setan dari mana, ia mendadak jadi pria iseng menggoda si Wulan yang ia kenal melalui sebuah situs di internet. Pun, ketika Wulan bertanya demikian, Fulan tidak lihai berkelit, ataupun sebaliknya, menjawab dengan jujur dan gamblang. "L..lh..lho, kenapa? Does it really matter for you?", timpalnya singkat, sekedar untuk mengelak. Ah, pakai bahasa Inggris pula, saking gugupnya :) Gugup? Iya. Pasalnya, jauh di dalam lubuk hatinya, Fulan tidak sanggup berbohong pada Wulan bahwa sejatinya ia telah berkeluarga. Ia juga belum berdaya untuk bilang apa adanya. Alhasil, Fulan bimbang di ujung percakapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar